Minggu, 03 Maret 2013

Tak selamanya yang susah itu susah (bagian 3) **Smile, be positive thinking :)"


Pukul 6.20 kami keluar Tol, dari sisi berlawanan tampak Tri Sakti.a AA1493AA langgananku dulu, hmmm….kok semakin siang saja sampai di Semarang?? Teringat jaman dulu naik bus itu masih bisa tiba di kampus sebelum sesi pertama dimulai. Ungaran-Babadan masih lancar, lalu lintas pagi itu cukup bersahabat. Babadan sampai depan Karoseri Laksana laju kami mulai agak tersendat. Begitu pula ketika menapaki depan Pabrik Sidomuncul dan terus ke selatan. Arus kendaraan semakin padat merayap. Sampai di depan RS Ken Saras lalu lintas tidak ubahnya jalan Raya Bekasi di pagi hari kerja. Aku rasakan sesuatu yang tidak biasa di sini. Tanjakan di depan pabrik Star Wig tampak semrawut, sebagian truck menepi karena menghindari resiko harus berhenti di tengah tanjakan. Lajur ke Selatan telah berjajar empat lajur, sementara lajur ke utara mungkin hanya tersisa untuk satu setengah lajur. Ada apakah ini???

Depan Pabrik Garment Kelapa Mas dan Pabrik kertas Purinusa Ekapersada menjadi lajur panjang tempat parkir dadakan. Waktu yang semakin siang membuat kabin “menghangat”. Di muka Pabrik PT APAC inti Corpora, wuusshhh…… Royal Safari Solo-Semarang mengkomando aksi “menyebrang” ke jalur berlawanan, di belakangnya sesame kolega satu atap menempel ketat. Turut bergabung Eka Cepat Semarang-Surabaya ikut melangkah di jalur berlawanan yang hanya dibatasi marka jalan tanpa median jalan itu. Sempat beberapa saat kami ikut dalam “barisan pemburu waktu” itu, sebelum kembali ke jalur yang benar.

Tanda tanya tentang sumber keruwetan pagi itu terjawab sudah saat kami merangkak dalam tanjakan Merak Mati, dimana sisi barat (lajur kiri dari Bawen menuju Semarang) sedang dicor beton. Pantas jika tadi pagi Tri Sakti.a ’93 terlambat masuk Semarang. Kami turun di depan pintu masuk Selatan Terminal Bawen. Jam menunjukkan pukul 8.00 tepat saat kami turun. Setelah sarapan kami menuju ke jalur tem-teman bus menuju Magelang. Pagi itu hanya Maju Makmur “Mamma Mia” dengan tujuan Purwokerto via Wonosobo yang sedang stand by di pintu keluar Terminal, sementara bus tujuan Magelang/Jogja tidak tampak di dalam terminal. Langsung Bumel Kudus-Semarang-Wonosobo-Purwokerto justru masuk menggantikan posisi “Mamma Mia”. Baru sebentar Langsung masuk Terminal, eh masuk pula Tri Kusuma dengan tujuan yang sama. Dengan banyaknya bus tujuan Wonosobo via Parakan yang masuk terminal, maka timbul niatan untuk langsung pulang ke Parakan tanpa mampir Magelang. Apalagi Tri Kusuma yang baru saja masuk inilah salah satu bus buruanku. Secara kebetulan masuk pula Sumber Waras tujuan Magelang-Jogja. Akhirnya kami putuskan untuk berpisah, dua anggota rombongan naik Sumber Waras, sementara aku berjalan menuju Tri Kusuma yang sudah sukses melengserkan Langsung dari lokasi ngetemnya dan kemudian kembali ke utara.

Di dalam kabin belum banyak kursi yang terisi. Penjaja asongan, artis jalanan silih berganti. Aku lihat Sumber Waras hanya mampir sejenak lalu beranjak pergi. Lima menit, sepuluh menit, bus masih tidak bergerak, suara mesin yang tidak terdengar dari tengah, hanya getaran saja yang terasa mengawali nostalgia-ku ke masa lima belas sampai dua puluh tahun lalu saat bus dengan model seperti ini masih mudah dijumpai. Di dalam ruangan kabin masih saja penjaja makanan, penjaja alat tulis, dan tentu saja penjaja suara ikut meramaikan suasana. Sampai datangnya bus tujuan Magelang-Jogja berikutnya, yaitu Tri Sakti.a AA1674AA kami masih tidak beranjak, pengemudi bus ini pun juga tidak tampak di posisi-nya.

Suasana di dalam

Jelang Pukul Sembilan pagi, sang juru mudi baru muncul. Penampilannya cukup unik, kulit bersih usia sekitar tiga puluhan, dan memakai kemeja dipadukan dengan celana pendek. Sedikit curi dengar saat berbicara dengan kernet, sang juru mudi menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa Jawa.

Juru Mudi

Bus melaju pelan menuju Kota Ambarawa, bukan melewati jalan baru yang melingkari kota Ambarawa. Laju bus sangat santai sambil sesekali menaikkan dua-tiga penumpang. Selepas Ambarawa nafas tua dari mesin OF ini mulai dihela. Kaca geser bawah aku buka sedikit, membiarkan angin perbukitan Ambarawa-Bedono-Pingit membelaiku menyejukkan. Beberapa kali aku terpejam, hingga saat tersadar sepenuhnya sudah masuk wilayah Pringsurat. Rute pendakian bukit mulai Jambu sampai Bedono terlewatkan dari pantauanku. Agak unik saat di ruas ini ada pula pedagang asongan yang menawarkan berbagai macam buku. Beberapa waktu lalu hampir tidak pernah ada pedagang asongan sepanjang Ambarawa-Secang karena jarak yang terlalu jauh. Kali ini sebuah buku “Pepak Basa Jawa” dan sebuah buku lain yang mampir di pangkuanku. Hmmm Nuansa-nya khas banget, nuansa nostalgia mbumelan. Hal inilah yang menurutku tidak pernah ditemui jika naik bus Patas, apalagi Shuttle yang mulai menjamur di Jawa Tengah.

Mercedes Benz OF Series
Selepas Secang bus kami melaju santai, seolah tidak menghiraukan kawan dan lawan di sekitarnya. Beberapa bus ¾ rute  Wonosobo-Magelang justru berlari meninggalkan bus yang kutumpangi. Entah karena faktor usia kendaraan yang tak lagi muda, atau karena memang sudah mencapai target setoran, seolah crew bus kami tidak menghiraukan upaya untuk mencari penumpang. Sekedar info, Tri Kusuma ini sesampai di Purwokerto akan perpal ke garasi, sampai malam harinya jam sepuluh malam baru ngetem lagi menuju Semarang malam hari.
Nostalgia :D
 
Pukul setengah sebelas lebih sedikit aku sampai di Parakan, mengakhiri perjalan panjang, memutar, dan mungkin menyusahkan. Tapi……… bukankah di ujung perjalanan “susah” ini aku bertemu dengan bus incaranku?? Salah satu bus yang paling aku incar selama ini. Di saat perasaan ingin menjadi yang pertama merasakan suatu bus biasanya begitu dominan, di saat ingin mendapat status “pertamax” atau dengan bahasa yang menggoda dikatakan “memperawani”, entah kenapa bisa kesampaian naik bus ini rasanya lebih puas. Memang aku hanya penumpang yang ke sekian ribu, dan kesempatanku pun hanya sepanjang Bawen-Parakan, kalau mau dibilang follower dan tidak mendapatkan sesuatu yang baru yaa memang begitu adanya, tapi…….. aku teringat dengan obrolan dengan Mas Pendhi Nugroho rekan BMC MasDuSel beberapa waktu silam, saat kami cangkruk barengan di Purwokerto. Mungkin  besok akan ini, atau akan itu, atau ahh…..banyak hal yang mungkin terjadi.

Jadi, Kalau bukan sekarang kapan lagi???



***T A M A T***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar