Pukul 6.20 kami keluar Tol, dari
sisi berlawanan tampak Tri Sakti.a AA1493AA langgananku dulu, hmmm….kok semakin
siang saja sampai di Semarang?? Teringat jaman dulu naik bus itu masih bisa
tiba di kampus sebelum sesi pertama dimulai. Ungaran-Babadan masih lancar, lalu
lintas pagi itu cukup bersahabat. Babadan sampai depan Karoseri Laksana laju
kami mulai agak tersendat. Begitu pula ketika menapaki depan Pabrik Sidomuncul
dan terus ke selatan. Arus kendaraan semakin padat merayap. Sampai di depan RS Ken
Saras lalu lintas tidak ubahnya jalan Raya Bekasi di pagi hari kerja. Aku
rasakan sesuatu yang tidak biasa di sini. Tanjakan di depan pabrik Star Wig
tampak semrawut, sebagian truck menepi karena menghindari resiko harus berhenti
di tengah tanjakan. Lajur ke Selatan telah berjajar empat lajur, sementara
lajur ke utara mungkin hanya tersisa untuk satu setengah lajur. Ada apakah
ini???
Depan Pabrik Garment Kelapa Mas
dan Pabrik kertas Purinusa Ekapersada menjadi lajur panjang tempat parkir
dadakan. Waktu yang semakin siang membuat kabin “menghangat”. Di muka Pabrik PT
APAC inti Corpora, wuusshhh…… Royal Safari Solo-Semarang mengkomando aksi “menyebrang”
ke jalur berlawanan, di belakangnya sesame kolega satu atap menempel ketat.
Turut bergabung Eka Cepat Semarang-Surabaya ikut melangkah di jalur berlawanan
yang hanya dibatasi marka jalan tanpa median jalan itu. Sempat beberapa saat
kami ikut dalam “barisan pemburu waktu” itu, sebelum kembali ke jalur yang
benar.
Tanda tanya tentang sumber
keruwetan pagi itu terjawab sudah saat kami merangkak dalam tanjakan Merak
Mati, dimana sisi barat (lajur kiri dari Bawen menuju Semarang) sedang dicor
beton. Pantas jika tadi pagi Tri Sakti.a ’93 terlambat masuk Semarang. Kami
turun di depan pintu masuk Selatan Terminal Bawen. Jam menunjukkan pukul 8.00
tepat saat kami turun. Setelah sarapan kami menuju ke jalur tem-teman bus
menuju Magelang. Pagi itu hanya Maju Makmur “Mamma Mia” dengan tujuan
Purwokerto via Wonosobo yang sedang stand by di pintu keluar Terminal,
sementara bus tujuan Magelang/Jogja tidak tampak di dalam terminal. Langsung
Bumel Kudus-Semarang-Wonosobo-Purwokerto justru masuk menggantikan posisi “Mamma
Mia”. Baru sebentar Langsung masuk Terminal, eh masuk pula Tri Kusuma dengan
tujuan yang sama. Dengan banyaknya bus tujuan Wonosobo via Parakan yang masuk
terminal, maka timbul niatan untuk langsung pulang ke Parakan tanpa mampir
Magelang. Apalagi Tri Kusuma yang baru saja masuk inilah salah satu bus
buruanku. Secara kebetulan masuk pula Sumber Waras tujuan Magelang-Jogja.
Akhirnya kami putuskan untuk berpisah, dua anggota rombongan naik Sumber Waras,
sementara aku berjalan menuju Tri Kusuma yang sudah sukses melengserkan
Langsung dari lokasi ngetemnya dan kemudian kembali ke utara.
Di dalam kabin belum banyak kursi
yang terisi. Penjaja asongan, artis jalanan silih berganti. Aku lihat Sumber
Waras hanya mampir sejenak lalu beranjak pergi. Lima menit, sepuluh menit, bus
masih tidak bergerak, suara mesin yang tidak terdengar dari tengah, hanya
getaran saja yang terasa mengawali nostalgia-ku ke masa lima belas sampai dua
puluh tahun lalu saat bus dengan model seperti ini masih mudah dijumpai. Di
dalam ruangan kabin masih saja penjaja makanan, penjaja alat tulis, dan tentu
saja penjaja suara ikut meramaikan suasana. Sampai datangnya bus tujuan
Magelang-Jogja berikutnya, yaitu Tri Sakti.a AA1674AA kami masih tidak
beranjak, pengemudi bus ini pun juga tidak tampak di posisi-nya.
![]() |
Suasana di dalam |
Jelang Pukul Sembilan pagi, sang
juru mudi baru muncul. Penampilannya cukup unik, kulit bersih usia sekitar tiga
puluhan, dan memakai kemeja dipadukan dengan celana pendek. Sedikit curi dengar
saat berbicara dengan kernet, sang juru mudi menggunakan bahasa Indonesia,
bukan bahasa Jawa.
![]() |
Juru Mudi |
Bus melaju pelan menuju Kota
Ambarawa, bukan melewati jalan baru yang melingkari kota Ambarawa. Laju bus
sangat santai sambil sesekali menaikkan dua-tiga penumpang. Selepas Ambarawa
nafas tua dari mesin OF ini mulai dihela. Kaca geser bawah aku buka sedikit,
membiarkan angin perbukitan Ambarawa-Bedono-Pingit membelaiku menyejukkan. Beberapa
kali aku terpejam, hingga saat tersadar sepenuhnya sudah masuk wilayah
Pringsurat. Rute pendakian bukit mulai Jambu sampai Bedono terlewatkan dari
pantauanku. Agak unik saat di ruas ini ada pula pedagang asongan yang
menawarkan berbagai macam buku. Beberapa waktu lalu hampir tidak pernah ada
pedagang asongan sepanjang Ambarawa-Secang karena jarak yang terlalu jauh. Kali
ini sebuah buku “Pepak Basa Jawa” dan sebuah buku lain yang mampir di
pangkuanku. Hmmm Nuansa-nya khas banget, nuansa nostalgia mbumelan. Hal inilah
yang menurutku tidak pernah ditemui jika naik bus Patas, apalagi Shuttle yang
mulai menjamur di Jawa Tengah.
![]() |
Mercedes Benz OF Series |
Selepas Secang bus kami melaju
santai, seolah tidak menghiraukan kawan dan lawan di sekitarnya. Beberapa bus ¾
rute Wonosobo-Magelang justru berlari
meninggalkan bus yang kutumpangi. Entah karena faktor usia kendaraan yang tak
lagi muda, atau karena memang sudah mencapai target setoran, seolah crew bus
kami tidak menghiraukan upaya untuk mencari penumpang. Sekedar info, Tri Kusuma
ini sesampai di Purwokerto akan perpal ke garasi, sampai malam harinya jam
sepuluh malam baru ngetem lagi menuju Semarang malam hari.
![]() |
Nostalgia :D |
Pukul setengah sebelas lebih
sedikit aku sampai di Parakan, mengakhiri perjalan panjang, memutar, dan
mungkin menyusahkan. Tapi……… bukankah di ujung perjalanan “susah” ini aku
bertemu dengan bus incaranku?? Salah satu bus yang paling aku incar selama ini.
Di saat perasaan ingin menjadi yang pertama merasakan suatu bus biasanya begitu
dominan, di saat ingin mendapat status “pertamax” atau dengan bahasa yang
menggoda dikatakan “memperawani”, entah kenapa bisa kesampaian naik bus ini
rasanya lebih puas. Memang aku hanya penumpang yang ke sekian ribu, dan
kesempatanku pun hanya sepanjang Bawen-Parakan, kalau mau dibilang follower dan
tidak mendapatkan sesuatu yang baru yaa memang begitu adanya, tapi…….. aku teringat
dengan obrolan dengan Mas Pendhi Nugroho rekan BMC MasDuSel beberapa waktu
silam, saat kami cangkruk barengan di Purwokerto. Mungkin besok akan ini, atau akan itu, atau ahh…..banyak
hal yang mungkin terjadi.
Jadi, Kalau bukan sekarang kapan
lagi???
***T A M A T***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar