Sabtu, 09 Februari 2013

Rasa baru dari selatan


Jumat 15 Januari 2013


Gerimis yang membasahi area terminal Ngadirejo mengawali coretan draft catatan perjalanan ini. Sebagai penumpang yang tergolong masuk bus paling akhir tentunya aku mencoba tahu diri untuk serba cepat dalam proses boarding ke dalam bus. Lagian juga berlama-lama mau apa? Nggak ada yang mengantar, nggak ada yang cipika-cipiki sebelum berangkat, masa’ mau cipika-cipiki sama wajan gorengan fresh from the wajan ala terminal Ngadirejo??



18.00 Tepat bus meninggalkan Terminal Ngadirejo meninggalkan “senior-seniornya” di jalur ini. Termasuk cepat prosesi di Terminal kecil ini apabila dibandingkan dengan para seniornya itu. Wajar saja, sebagai pemain baru memang tidak ribet, lhaa wong bus regulernya ke Ibukota tiap hari cuma satu saja kok. Karena cuma ada satu bus, yaa mesti bus itu yang bakal mengangkut semua penumpang. Tanpa ribet ini bis ke mana, seri apa, ada penumpang titipan nggak, dll. Bandingkan dengan pemain-pemain lawas yang tiap hari memberangkatkan belasan bus.

Kesan pertama dari dalam kabin


Sebuah kapling yang dicetak dalam border dengan merk dagang “Hai” dengan nomor sebelas menjadi hakku untuk perjalanan lintas malam ini. Dari posisi baris ketiga ini pandangan ke kaca depan masih cukup leluasa. Masih belum terlalu ke belakang lahh, masih ideal untuk perjalanan icip-icip alias coba-coba.



Kesan pertama yang diberikan dari nafas mesin asal negeri Sakura ini cukup bertenaga. Tarikan yang responsif, atau memang habbit dari driver pinggir, atau karena bus ini belum lama mengaspal?? Ahh masih terlalu dini untuk memberikan penilaian. Yang jelas faktanya OBL AA1616N (Executive Rawamangun CMIIW) berhasil didorong-dorong hingga tak jarang berjejeran. Lebar jalan yang memang minimalis membuat bus ini hanya bisa menempel ketat tanpa bisa mendahului Sang Gajah Executive yang di depannya. Beralih ke dalam kabin, kuamati kedua TV LCD kompak menyuguhkan aksi biduan dankdut Koplo, dinikmati ogah, tapi buang muka juga sayang….hehehehehehe…….keagresivan sang juru mudi dalam melibas aspal, menghajar lubang jalan, dan mengintimidasi kendaraan di depannya kemudian memberikan dampak pada piranti hiburan di dalam kabin, getaran yang kerap terjadi membuat player tersendat dalam memutar wahana hiburan. Sadar kalau ini bukan saat yang tepat untuk memutar hiburan, maka crew kabin segera mematikan piranti audio-videonya.



Masuk ke Kecamatan Candiroto bus menepi, dua menit kemudian masuk penumpang lagi melalui pintu tengah yang berhadapan dengan toilet. Wah ada agennya ya di sini?? Bagus juga kalau begitu karena potensi penumpang di sini lumayan bagus, namun sepertinya belum ada PO yang serius menggarapnya. Bus kembali melaju, kondisi dan suasana masih 11-12 dengan suasana sebelumnya. Sempat agak heran dengan suasana “glodak-glodak” di dalam kabin Royal Coach E yang masih kinyis-kinyis ini. Sempat muncul sanksi “Masa’ bus baru kok sudah glodakan??”, sebelum akhirnya aku tahu sumber bunyi-bunyian itu adalah TV LCD tengah dan sebuah tempurung pewangi “crott” yang saling beradu,…”oooo pantess pikirku kemudian”. Tentu tidak tepat jika kemudian menyalahkan kabin rakitan Karoseri dari Kota Malang ini sebagai sumber suara-suara tadi. Semua seal, sambungan plat masih terpasang rapat, meskipun ada juga efek negatif dari ke-rapat-an kabin ini, yaitu saat asap rokok crew masih bisa tercium olehku yang duduk di baris ke tiga ini.



19.09 Melintasi Bunderan Sukorejo, berhasil mengungguli OBL exe, memberikan lajur yang lebih bebas untuk melenggang lebih kencang. Crew kabin kemudian mensensus penumpangnya yang berjumlah empat puluh kurang satu ini. Semua bangku sudah terisi sekarang. Beberapa percakapan menarik yang sempat aku curi dengar adalah :

“Mandhap pundi mas?” (turun mana Mas)

“Terminal Cikarang Pak”

“Mangke mandhap Fly Over Cikarang Barat nggih, terus mas’e nyambung angkot nomer xxx……..” (Nanti turun Fly Over Cikarang barat ya mas, terus angkotnya pilih yang nomer sekian-sekian)

Mantap nih, pelayanan crew yang ramah, halus dan mendetail pula dalam mengarahkan penumpangnya. Tiba giliranku :

“Pak, kulo Bekasi nopo Pulo Gadung nggih, mangke nderek kahanane pripun” (Pak, saya bisa Pulo Gadung, bisa Bekasi tergantung situasi besok)

“Niki langsung Pulo Gadung kok mas” (Ini langsung Pulo Gadung kok mas, nggak perlu oper)

“Kulo ngejar waktu Pak, mangke menawi sampun siang-siang’an kulo Mandap Bekasi Timur mawon” (Saya kejar waktu soalnya pak, kalau besok sampai Bekasi sudah agak siang, saya turun Bekasi saja”

“O…..nggih mas, mangke panjenenan nyabrang terus nderek bis ¾ arah Pulo Gadung mawon” (Oo…..ok mas, nanti mas nyebrang terus naik bus ¾ jurusan Pulo Gadung saja)

Siiiippp, great service, direction and attitude.

Pertimbanganku untuk membuat plan-B turun di Bekasi adalah karena bus ini masih masuk Pool Bekasi Timur untuk oplosan penumpang yang tentunya cukup memakan waktu.



Bus sempat menepi sejenak karena ada “sesuatu yang salah” dengan toiletnya yang harus secepatnya disiram. OBL AA1616N, Ramayana Non AC, Handoyo New Celcius Ciledug, dan sebuah OBL lagi melenggang di samping bus yang sedang sibuk urusan bersih-bersih ini. Setelah crew selesai dengan permasalahan di toiletnya, bus melaju lagi. Sesampai di Weleri berbelok kanan, agak anomali dibanding biasanya, karena berbelok ke timur, menjauh dari tujuan yang berada di barat.



20.10 Memasuki pelataran RM Sari Rasa setelah sebelumnya singgah di sebuah SPBU. Sejam lebih bus ini beristirahat, mempersilahkan penumpangnya untuk bebas memilih menu makanannya. Fyi untuk tiket seharga Rp.120.000,- ini tidak disediakan kupon makan.



21.00 “Ayo berangkat……berangkat…….” Panggilan itu mengakhiri masa rehat para penumpang. Dari parkiran belakang Rumah Makan, bus digerakkan menuju pos kontrol di muka rumah makan. Dalam proses checking naik pula tiga orang dengan status “OB” yang duduk lesehan di depan.



21.17 Melanjutkan perjalanan bersama kompatriotnya Marcopolo (Sprinter-smile) karya karoseri Tri Sakti non AC jurusan Wonosari-Cikupa. Kedua bus berjalan beriringan dengan kecepatan kisaran 40km/jam. Beberapa kali pula Sang Marcopolo berhenti, tampak membetulkan sesuatu di bagian ban belakang kiri. Barisan pasukan Muriaan dengan enteng melibas kedua bus ini. Sengaja bus yang kutumpangi tidak menyalip kompatriotnya meskipun jelas-jelas mampu, mungkin persiapan kalau sewaktu-waktu bus di depan ini memerlukan bantuan. Berjalan seperti layaknya karnaval membuat pemandangan di luar kurang menarik, daripada ngantuk karena bosan, mendingan mencoba fasilitas Wi-Fi yang dipasang. Wow lumayan kuat juga koneksinya, bisa untuk mengalihkan rasa kantuk. Tak terhitung berapa bus total yang mengovertake iring-iringan ini, hanya ada satu bus yang cukup menarik, yaitu PO Putra Luhur, sebuah bus yang bermarkas di Monjali Yogyakarta yang selama ini aku kenal sebagai bus Pariwisata, tapi tampak membawa penumpang regular. Putra Luhur kemudian rehat di RM Raos Eco.



21.47 Memulai pendakian di Tanjakan Plelen. Total 30 menit untuk perjalanan dari RM Sari Rasa menuju tanjakan Plelen, setidaknya catatan waktu yang masih lebih baik dibanding saat Iwan “Heuheu” Kurniawan tempo hari menempuh RM Raos Eco-Plelen 60 menit.  dari interchange Poncowati-Plelen bus sudah ancang-ancang menggunakan gear rendah. Mungkin inilah kelemahan  bus bermesin depan dibanding mesin belakang, yaitu lemah untuk tanjakan (CMIIW). Tercatat Nu3 HS 216 menjadi lawan yang bukan lawan, yang dengan enteng melewati duo hijau-putih ini.



22.00 Kedua bus sampai di puncak, di seberang RM Sabana keduanya berhenti untuk perbaikan sejenak. Setelah selesai perbaikan, bus-ku mulai unjuk kekuatan. Power mesin AK8 mulai dipertontonkan, kendati demikian Sebuah Raya Panorama DX dengan AC Kotak berhasil membobol pertahanan bus ini melalui sayap kanan. Cukup lama menguntit Raya, kedua bus berhasil melewati Santoso OF yang berjalan pelan di sisi kiri. Santoso OF???? Yaps, Santoso Truck divisi Paket akhirnya menambah panjang catatan positif di belakang OBL AA1616N tadi. Sepanjang Banyuputih-Batang-Pekalongan kecepatan standard 80-90kph. Tidak cepat, tapi tentunya tidak mudah disalip bus lain, apalagi dengan kondisi aspal yang mulai tidak konsisten permukaannya.



Selepas Pekalongan aku mulai merebahkan sandaran kursi dari Jok merk “HaI” ini, dan membentangkan selimut warna hijau yang masih bersih lagi wangi ini. Zzzzz……………


"Hai"


01.20 Memasuki Tol melalui GT Kanci, sebuah lubang cukup besar menjadi “ucapan selamat datang” dalam Tol yang selama ini cukup halus aspalnya. Duer….!!!.suspensi bawaan dari pabrikan tidak mampu mengatasi kerasnya goncangan saat melintasi lubang tersebut. Laju bus yang smooth dan terukur mampu meninabobokan penumpang yang mungkin sempat terusik tidurnya.



02.21 Aku kembali terbangun. Bus melaju di sekitaran Lohbener. Lintasan yang mengalir dilalui dengan tenang. Mulai on fire nih……. Bukti dari kecepatan busku adalah saat Haryanto HR 39 “Actor” berhasil dilewati dari sisi kiri. Turut melengkapi catatan impresifnya adalah sebuah Rosalia Indah divisi paket. Sebuah AKAS IV melanjutkan tren positif dari Si Hijau-Putih ini, sebelum kemudian Budi Jaya K1408H dengan tegas melintas dari sisi kanan menghentikan catatan apik ini.



02.46 Masih menguntit Budi Jaya, sebelum kemudian sempat revans sejenak. Sayang seribu sayang kedua bus kemudian harus dihentikan oleh musuh utama Pantura : Kemacetan. Arus kendaraan sudah mulai tersendat sedari depan RM Singgalang Jaya. Budi Jaya yang berada di lintasan bersih kemudian melenggang kembali di depan. Dengan sigap kemudi diarahkan ke lajur kiri, menguntit Budi Jaya dengan Dieng Indah menyisip diantara kedua bus. Duo HR 48 Mokodo dan HR 33/22 (CMIIW) Purple masih terperangkap di jalur tengah sehingga mudah saja diungguli dalam kemacetan ini. Saat ketemu “lubang” untuk berputar, bus sudah ancang-ancang untuk masuk ke jalur ke-tiga. Aksi mengakuisisi jalur seberang urung dilakukan karena secara bersamaan jalur ke arah barat [sejenak] lancar. Sekitar melaju seratus meter dengan lancar, kembali bus harus berkutat dengan kemacetan. Trio Haryanto yang berhasil dilewati sekarang melenggang di jalur ke-tiga, begitu juga barisan Shantika, duet Santoso seri W dan Non AC seri R, bahkan Markopolo Tri Sakti kompatriotnya juga ikut mem-by pass kemacetan melalui jalur ketiga. Ahhh sudah ahh merem lagi saja……zzzzz…….



06.06 Kembali terbangun dimana suasana di sekitar sudah terang benderang. Posisi bus sedang menyusuri jalan Arteri Dawuan-Karawang Timur. Satu orang penumpang turun di Klari, sebelum bus masuk ke dalam Tol. Di dalam Tol laju bus diatur dalam kisaran 70-100km/jam. Sesekali menggunakan gear netral. Sedikit hiburan saat berhasil mengalahkan Neo Harapan di KM 41, dan dilanjutkan SA Proteus Non AC. Kemacetan Exit Cikarang Barat menyita kurang lebih 15-20 menit alokasi waktu tempuh.



07.20 Finally Exit Tol Bekasi Timur, aku turun diiringi senyum ramah crew. Bye…..bye…... Sebuah bus ¾ “Tiger” telah menyambutku untuk melansir menuju Pulo Gadung.





****T A M A T****



Additional :

Sedikit penilaian subyektif dari pengalaman pertama menjajal kekuatan sang penantang baru. 

Kelebihan :

1.       Armada 100% baru, chassis keluaran 2012 akhir, body Adi Putro Jetbus HD.

2.       Crew ramah, friendly, dan tanggap.

3.       Fasilitas komplit (untuk kelas VIP) AC, Toilet, Recleaning Seat, bantal, selimut, bonus Wi-Fi & Stop Kontak di bagasi atas (bisa charge HP).

4.       Harga tiket bersaing (sejajar dengan competitor) Rp.120.000,- tidak menguras isi kantong bagi Penglaju ataupun bagi yang mau touring.
5.    Tiketnya tiket buku lhooo......


Kekurangan :

1.       Kapasitas 39 seat, termasuk rapat untuk ukuran bus dengan Kelas VIP.

2.       Dari timur mampir Karawang-Cikarang-Bekasi. Bisa dianggap wasting time bagi yang sedang diburu waktu.

Catatan lain  :

1.       Penggunaan chassis AK8 dipadu body Adi Putro. Belum jelas apakah di kemudian hari akan tetap awet kenyamanannya? (Saya harap tetap awet)

2.       Penggunaan Jok Hai, beberapa orang tidak cocok dengan jok tipe ini.




Selama ini banyak pandangan yang mengatakan bahwa dalam hal fasilitas bis jawa selatan-DIY lebih sering dianggap sebagai bus kelas dua, kalah update daripada bus-bus Muriaan. Nah, apakah kemunculan bis ini menjadi pioneer revolusi pelayanan bis Kidulan?

Jadi??
Anda tertarik mencobanya??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar