Jumat 15 Januari 2013
Gerimis yang membasahi area
terminal Ngadirejo mengawali coretan draft catatan perjalanan ini. Sebagai
penumpang yang tergolong masuk bus paling akhir tentunya aku mencoba tahu diri
untuk serba cepat dalam proses boarding ke dalam bus. Lagian juga berlama-lama
mau apa? Nggak ada yang mengantar, nggak ada yang cipika-cipiki sebelum
berangkat, masa’ mau cipika-cipiki sama wajan gorengan fresh from the wajan ala terminal Ngadirejo??
18.00 Tepat bus meninggalkan
Terminal Ngadirejo meninggalkan “senior-seniornya” di jalur ini. Termasuk cepat
prosesi di Terminal kecil ini apabila dibandingkan dengan para seniornya itu.
Wajar saja, sebagai pemain baru memang tidak ribet, lhaa wong bus regulernya ke Ibukota tiap hari cuma satu saja kok.
Karena cuma ada satu bus, yaa mesti bus itu yang bakal mengangkut semua
penumpang. Tanpa ribet ini bis ke mana, seri apa, ada penumpang titipan nggak,
dll. Bandingkan dengan pemain-pemain lawas yang tiap hari memberangkatkan
belasan bus.
![]() |
Kesan pertama dari dalam kabin |
Sebuah kapling yang dicetak dalam
border dengan merk dagang “Hai” dengan nomor sebelas menjadi hakku untuk
perjalanan lintas malam ini. Dari posisi baris ketiga ini pandangan ke kaca
depan masih cukup leluasa. Masih belum terlalu ke belakang lahh, masih ideal
untuk perjalanan icip-icip alias coba-coba.
Kesan pertama yang diberikan dari
nafas mesin asal negeri Sakura ini cukup bertenaga. Tarikan yang responsif,
atau memang habbit dari driver
pinggir, atau karena bus ini belum lama mengaspal?? Ahh masih terlalu dini
untuk memberikan penilaian. Yang jelas faktanya OBL AA1616N (Executive
Rawamangun CMIIW) berhasil didorong-dorong hingga tak jarang berjejeran. Lebar
jalan yang memang minimalis membuat bus ini hanya bisa menempel ketat tanpa
bisa mendahului Sang Gajah Executive yang di depannya. Beralih ke dalam kabin,
kuamati kedua TV LCD kompak menyuguhkan aksi biduan dankdut Koplo, dinikmati
ogah, tapi buang muka juga sayang….hehehehehehe…….keagresivan sang juru mudi
dalam melibas aspal, menghajar lubang jalan, dan mengintimidasi kendaraan di
depannya kemudian memberikan dampak pada piranti hiburan di dalam kabin,
getaran yang kerap terjadi membuat player tersendat dalam memutar wahana
hiburan. Sadar kalau ini bukan saat yang tepat untuk memutar hiburan, maka crew
kabin segera mematikan piranti audio-videonya.
Masuk ke Kecamatan Candiroto bus
menepi, dua menit kemudian masuk penumpang lagi melalui pintu tengah yang
berhadapan dengan toilet. Wah ada agennya ya di sini?? Bagus juga kalau begitu
karena potensi penumpang di sini lumayan bagus, namun sepertinya belum ada PO
yang serius menggarapnya. Bus kembali melaju, kondisi dan suasana masih 11-12
dengan suasana sebelumnya. Sempat agak heran dengan suasana “glodak-glodak” di
dalam kabin Royal Coach E yang masih kinyis-kinyis ini. Sempat muncul sanksi
“Masa’ bus baru kok sudah glodakan??”, sebelum akhirnya aku tahu sumber
bunyi-bunyian itu adalah TV LCD tengah dan sebuah tempurung pewangi “crott”
yang saling beradu,…”oooo pantess pikirku kemudian”. Tentu tidak tepat jika
kemudian menyalahkan kabin rakitan Karoseri dari Kota Malang ini sebagai sumber
suara-suara tadi. Semua seal, sambungan plat masih terpasang rapat, meskipun
ada juga efek negatif dari ke-rapat-an kabin ini, yaitu saat asap rokok crew
masih bisa tercium olehku yang duduk di baris ke tiga ini.
19.09 Melintasi Bunderan
Sukorejo, berhasil mengungguli OBL exe, memberikan lajur yang lebih bebas untuk
melenggang lebih kencang. Crew kabin kemudian mensensus penumpangnya yang
berjumlah empat puluh kurang satu ini. Semua bangku sudah terisi sekarang.
Beberapa percakapan menarik yang sempat aku curi dengar adalah :
“Mandhap pundi
mas?” (turun mana Mas)
“Terminal
Cikarang Pak”
“Mangke mandhap
Fly Over Cikarang Barat nggih, terus mas’e nyambung angkot nomer xxx……..”
(Nanti turun Fly Over Cikarang barat ya mas, terus angkotnya pilih yang nomer
sekian-sekian)
Mantap nih, pelayanan crew yang ramah,
halus dan mendetail pula dalam mengarahkan penumpangnya. Tiba giliranku :
“Pak, kulo
Bekasi nopo Pulo Gadung nggih, mangke nderek kahanane pripun” (Pak, saya bisa
Pulo Gadung, bisa Bekasi tergantung situasi besok)
“Niki langsung
Pulo Gadung kok mas” (Ini langsung Pulo Gadung kok mas, nggak perlu oper)
“Kulo ngejar
waktu Pak, mangke menawi sampun siang-siang’an kulo Mandap Bekasi Timur mawon”
(Saya kejar waktu soalnya pak, kalau besok sampai Bekasi sudah agak siang, saya
turun Bekasi saja”
“O…..nggih mas,
mangke panjenenan nyabrang terus nderek bis ¾ arah Pulo Gadung mawon” (Oo…..ok
mas, nanti mas nyebrang terus naik bus ¾ jurusan Pulo Gadung saja)
Siiiippp, great service, direction and attitude.
Pertimbanganku untuk membuat
plan-B turun di Bekasi adalah karena bus ini masih masuk Pool Bekasi Timur
untuk oplosan penumpang yang tentunya cukup memakan waktu.
Bus sempat menepi sejenak karena ada
“sesuatu yang salah” dengan toiletnya yang harus secepatnya disiram. OBL
AA1616N, Ramayana Non AC, Handoyo New Celcius Ciledug, dan sebuah OBL lagi
melenggang di samping bus yang sedang sibuk urusan bersih-bersih ini. Setelah
crew selesai dengan permasalahan di toiletnya, bus melaju lagi. Sesampai di
Weleri berbelok kanan, agak anomali dibanding biasanya, karena berbelok ke
timur, menjauh dari tujuan yang berada di barat.
20.10 Memasuki pelataran RM Sari
Rasa setelah sebelumnya singgah di sebuah SPBU. Sejam lebih bus ini
beristirahat, mempersilahkan penumpangnya untuk bebas memilih menu makanannya.
Fyi untuk tiket seharga Rp.120.000,- ini tidak disediakan kupon makan.
21.00 “Ayo
berangkat……berangkat…….” Panggilan itu mengakhiri masa rehat para penumpang. Dari
parkiran belakang Rumah Makan, bus digerakkan menuju pos kontrol di muka rumah
makan. Dalam proses checking naik pula tiga orang dengan status “OB” yang duduk
lesehan di depan.
21.17 Melanjutkan perjalanan
bersama kompatriotnya Marcopolo (Sprinter-smile) karya karoseri Tri Sakti non
AC jurusan Wonosari-Cikupa. Kedua bus berjalan beriringan dengan kecepatan
kisaran 40km/jam. Beberapa kali pula Sang Marcopolo berhenti, tampak
membetulkan sesuatu di bagian ban belakang kiri. Barisan pasukan Muriaan dengan
enteng melibas kedua bus ini. Sengaja bus yang kutumpangi tidak menyalip
kompatriotnya meskipun jelas-jelas mampu, mungkin persiapan kalau sewaktu-waktu
bus di depan ini memerlukan bantuan. Berjalan seperti layaknya karnaval membuat
pemandangan di luar kurang menarik, daripada ngantuk karena bosan, mendingan
mencoba fasilitas Wi-Fi yang dipasang. Wow lumayan kuat juga koneksinya, bisa
untuk mengalihkan rasa kantuk. Tak terhitung berapa bus total yang mengovertake
iring-iringan ini, hanya ada satu bus yang cukup menarik, yaitu PO Putra Luhur,
sebuah bus yang bermarkas di Monjali Yogyakarta yang selama ini aku kenal
sebagai bus Pariwisata, tapi tampak membawa penumpang regular. Putra Luhur
kemudian rehat di RM Raos Eco.
21.47 Memulai pendakian di
Tanjakan Plelen. Total 30 menit untuk perjalanan dari RM Sari Rasa menuju
tanjakan Plelen, setidaknya catatan waktu yang masih lebih baik dibanding saat
Iwan “Heuheu” Kurniawan tempo hari menempuh RM Raos Eco-Plelen 60 menit. dari interchange Poncowati-Plelen bus sudah
ancang-ancang menggunakan gear rendah. Mungkin inilah kelemahan bus bermesin depan dibanding mesin belakang,
yaitu lemah untuk tanjakan (CMIIW). Tercatat Nu3 HS 216 menjadi lawan yang
bukan lawan, yang dengan enteng melewati duo hijau-putih ini.
22.00 Kedua bus sampai di puncak,
di seberang RM Sabana keduanya berhenti untuk perbaikan sejenak. Setelah
selesai perbaikan, bus-ku mulai unjuk kekuatan. Power mesin AK8 mulai
dipertontonkan, kendati demikian Sebuah Raya Panorama DX dengan AC Kotak berhasil
membobol pertahanan bus ini melalui sayap kanan. Cukup lama menguntit Raya,
kedua bus berhasil melewati Santoso OF yang berjalan pelan di sisi kiri.
Santoso OF???? Yaps, Santoso Truck divisi Paket akhirnya menambah panjang
catatan positif di belakang OBL AA1616N tadi. Sepanjang
Banyuputih-Batang-Pekalongan kecepatan standard 80-90kph. Tidak cepat, tapi
tentunya tidak mudah disalip bus lain, apalagi dengan kondisi aspal yang mulai
tidak konsisten permukaannya.
Selepas Pekalongan aku mulai
merebahkan sandaran kursi dari Jok merk “HaI” ini, dan membentangkan selimut
warna hijau yang masih bersih lagi wangi ini. Zzzzz……………
![]() |
"Hai" |
01.20 Memasuki Tol melalui GT
Kanci, sebuah lubang cukup besar menjadi “ucapan selamat datang” dalam Tol yang
selama ini cukup halus aspalnya. Duer….!!!.suspensi bawaan dari pabrikan tidak
mampu mengatasi kerasnya goncangan saat melintasi lubang tersebut. Laju bus
yang smooth dan terukur mampu
meninabobokan penumpang yang mungkin sempat terusik tidurnya.
02.21 Aku kembali terbangun. Bus
melaju di sekitaran Lohbener. Lintasan yang mengalir dilalui dengan tenang.
Mulai on fire nih……. Bukti dari kecepatan busku adalah saat Haryanto HR 39
“Actor” berhasil dilewati dari sisi kiri. Turut melengkapi catatan impresifnya
adalah sebuah Rosalia Indah divisi paket. Sebuah AKAS IV melanjutkan tren
positif dari Si Hijau-Putih ini, sebelum kemudian Budi Jaya K1408H dengan tegas
melintas dari sisi kanan menghentikan catatan apik ini.
02.46 Masih menguntit Budi Jaya,
sebelum kemudian sempat revans sejenak. Sayang seribu sayang kedua bus kemudian
harus dihentikan oleh musuh utama Pantura : Kemacetan. Arus kendaraan sudah
mulai tersendat sedari depan RM Singgalang Jaya. Budi Jaya yang berada di
lintasan bersih kemudian melenggang kembali di depan. Dengan sigap kemudi
diarahkan ke lajur kiri, menguntit Budi Jaya dengan Dieng Indah menyisip
diantara kedua bus. Duo HR 48 Mokodo dan HR 33/22 (CMIIW) Purple masih
terperangkap di jalur tengah sehingga mudah saja diungguli dalam kemacetan ini.
Saat ketemu “lubang” untuk berputar, bus sudah ancang-ancang untuk masuk ke
jalur ke-tiga. Aksi mengakuisisi jalur seberang urung dilakukan karena secara
bersamaan jalur ke arah barat [sejenak] lancar. Sekitar melaju seratus meter
dengan lancar, kembali bus harus berkutat dengan kemacetan. Trio Haryanto yang
berhasil dilewati sekarang melenggang di jalur ke-tiga, begitu juga barisan
Shantika, duet Santoso seri W dan Non AC seri R, bahkan Markopolo Tri Sakti
kompatriotnya juga ikut mem-by pass kemacetan melalui jalur ketiga. Ahhh sudah
ahh merem lagi saja……zzzzz…….
06.06 Kembali terbangun dimana
suasana di sekitar sudah terang benderang. Posisi bus sedang menyusuri jalan
Arteri Dawuan-Karawang Timur. Satu orang penumpang turun di Klari, sebelum bus
masuk ke dalam Tol. Di dalam Tol laju bus diatur dalam kisaran 70-100km/jam.
Sesekali menggunakan gear netral. Sedikit hiburan saat berhasil mengalahkan Neo
Harapan di KM 41, dan dilanjutkan SA Proteus Non AC. Kemacetan Exit Cikarang
Barat menyita kurang lebih 15-20 menit alokasi waktu tempuh.
07.20 Finally Exit Tol Bekasi Timur,
aku turun diiringi senyum ramah crew. Bye…..bye…... Sebuah bus ¾ “Tiger” telah
menyambutku untuk melansir menuju Pulo Gadung.
****T A M A T****
Additional :
Sedikit penilaian subyektif dari
pengalaman pertama menjajal kekuatan sang penantang baru.
Kelebihan :
1. Armada
100% baru, chassis keluaran 2012 akhir, body Adi Putro Jetbus HD.
2. Crew
ramah, friendly, dan tanggap.
3. Fasilitas
komplit (untuk kelas VIP) AC, Toilet, Recleaning Seat, bantal, selimut, bonus
Wi-Fi & Stop Kontak di bagasi atas (bisa charge HP).
4. Harga
tiket bersaing (sejajar dengan competitor) Rp.120.000,- tidak menguras isi
kantong bagi Penglaju ataupun bagi yang mau touring.
5. Tiketnya tiket buku lhooo......
Kekurangan :
1. Kapasitas
39 seat, termasuk rapat untuk ukuran bus dengan Kelas VIP.
2. Dari
timur mampir Karawang-Cikarang-Bekasi. Bisa dianggap wasting time bagi yang
sedang diburu waktu.
Catatan lain :
1. Penggunaan
chassis AK8 dipadu body Adi Putro. Belum jelas apakah di kemudian hari akan
tetap awet kenyamanannya? (Saya harap tetap awet)
2. Penggunaan
Jok Hai, beberapa orang tidak cocok dengan jok tipe ini.
Selama ini banyak pandangan yang mengatakan bahwa dalam hal fasilitas bis jawa selatan-DIY lebih sering dianggap sebagai bus kelas dua, kalah update daripada bus-bus Muriaan. Nah, apakah kemunculan bis ini menjadi pioneer revolusi pelayanan bis Kidulan?
Jadi??
Anda tertarik mencobanya??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar